“Menggali Potensi Guru hingga Merajut Kearifan Lokal: Deep Learning sebagai Gerakan Pemberdayaan Pendidikan dari Akar Rumput”
OPINI, SK.co.id – Bukan rahasia lagi, guru adalah jantung dari sistem pendidikan. Kualitas pembelajaran di kelas sangat bergantung pada kompetensi, dedikasi, dan inovasi seorang guru. Deep Learning (pembelajaran mendalam), jika dipahami secara tepat, bukanlah sekadar seperangkat metode yang harus diterapkan secara kaku, melainkan sebuah gerakan pemberdayaan guru untuk menggali potensi diri, merajut kearifan lokal, dan menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Ini adalah tentang mengembalikan otonomi kepada guru, memberikan mereka ruang untuk berkreasi, dan memfasilitasi mereka untuk menjadi agen perubahan di sekolah dan komunitas mereka.
Berbeda dengan pandangan yang mungkin berkembang, Deep Learning tidak mengharuskan guru untuk menjadi ahli teknologi atau ilmuwan kognitif. Yang terpenting adalah guru memiliki pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan siswa mereka, konteks sosial budaya tempat mereka mengajar, dan sumber daya yang tersedia di sekitar mereka. Deep Learning adalah tentang mengoptimalkan apa yang ada, bukan menciptakan sesuatu yang baru dari nol.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, dalam Siaran Pers Kemdikdasmen No. 70/2025 di Universitas Negeri Malang, telah menekankan pentingnya mindful, meaningful, joyful dalam Deep Learning. Namun, seringkali kita lupa bahwa guru juga membutuhkan mindfulness, yaitu kesadaran akan kekuatan dan kelemahan diri, serta kemampuan untuk mengelola stres dan menjaga keseimbangan emosional. Guru yang mindful akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan suportif bagi siswa.
Prinsip meaningful dalam Deep Learning dapat diwujudkan dengan mengaitkan materi pelajaran dengan kearifan lokal.
Guru dapat menggunakan cerita rakyat, lagu daerah, permainan tradisional, dan sumber daya alam sekitar untuk membuat pelajaran lebih relevan dan menarik bagi siswa. Di SDN Inpres Labuan Bajo, misalnya, guru menggunakan teknik tenun ikat untuk mengajarkan geometri dan pola bilangan. Hal ini tidak hanya membuat matematika lebih mudah dipahami, tetapi juga melestarikan budaya lokal. Pendekatan semacam ini sesuai dengan semangat Kurikulum Merdeka yang memberikan fleksibilitas kepada guru untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah mereka.
Prinsip joyful dalam Deep Learning dapat diwujudkan dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif. Guru dapat menggunakan permainan, simulasi, drama, dan berbagai aktivitas kreatif lainnya untuk memicu minat siswa dan membuat mereka terlibat aktif dalam proses belajar. Di SMP Negeri 1 Sorong, guru menggunakan metode role-playing untuk mengajarkan sejarah, di mana siswa memerankan tokoh-tokoh penting dalam peristiwa sejarah. Hal ini membuat siswa lebih mudah memahami peristiwa sejarah dan menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain.
Untuk mendukung guru dalam menerapkan Deep Learning, Kemdikdasmen perlu menyediakan pelatihan yang berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan mereka. Pelatihan tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga pada praktik, dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk berbagi pengalaman, bertukar ide, dan memecahkan masalah bersama. Selain itu, penting juga untuk menciptakan komunitas belajar di mana guru dapat saling mendukung dan menginspirasi. Seperti yang diungkapkan oleh Lieberman & Pointer Mace (2008) dalam jurnal Teachers College Record, kolaborasi guru dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa.
Deep Learning bukan hanya tentang mengubah cara mengajar, tetapi juga tentang mengubah cara berpikir. Ini adalah tentang memberdayakan guru untuk menjadi pemimpin di kelas dan di komunitas mereka, untuk menjadi agen perubahan yang menginspirasi siswa untuk meraih potensi penuh mereka. Ini adalah tentang membangun sistem pendidikan yang lebih adil, inklusif, dan relevan bagi semua anak Indonesia.
Namun, pemberdayaan guru tidak bisa dilakukan secara sepihak. Pemerintah dan masyarakat perlu memberikan dukungan yang nyata, baik secara finansial maupun moral. Sekolah-sekolah di daerah terpencil seringkali kekurangan sumber daya, seperti buku, alat peraga, dan akses internet. Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk meningkatkan infrastruktur dan menyediakan sumber daya yang memadai bagi sekolah-sekolah tersebut. Selain itu, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam mendukung pendidikan dengan menjadi relawan, memberikan donasi, atau menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi siswa.
Selain itu, penting untuk mengubah paradigma tentang penilaian kinerja guru. Alih-alih hanya berfokus pada hasil ujian siswa, penilaian kinerja guru seharusnya juga mempertimbangkan aspek-aspek lain, seperti kemampuan guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif, kemampuan guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan kearifan lokal, dan kemampuan guru dalam berkolaborasi dengan orang tua dan masyarakat. Penilaian yang holistik akan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kualitas seorang guru dan membantu mereka untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Lebih jauh lagi, Deep Learning dapat menjadi katalisator untuk menciptakan inovasi-inovasi lokal yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Guru dapat mengajak siswa untuk melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat sekitar mereka, seperti masalah lingkungan, masalah kesehatan, atau masalah ekonomi. Hasil penelitian ini kemudian dapat digunakan untuk mengembangkan solusi-solusi yang inovatif dan berkelanjutan. Di SMK Pertanian Cianjur, misalnya, siswa diajak untuk mengembangkan metode pertanian organik yang ramah lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan petani lokal.
Sejalan dengan hal tersebut, Menteri Abdul Mu’ti dalam Siaran Pers Kemdikdasmen No. 70/2025 menekankan bahwa Deep Learning harus mampu “memuliakan manusia dengan segala perbedaan kemampuan dan keahliannya.” Ini berarti bahwa Deep Learning harus inklusif, adil, dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka. Deep Learning bukan hanya tentang mengejar ketertinggalan, tetapi juga tentang membangun masyarakat yang adil, makmur, dan beradab.
Azry Almi Kaloko
Pemerhati Pendidikan Nasional
Ikuti berita populer lainnya di Google News SAMUDERAKEPRI
Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp SAMUDERA KEPRI
#DeepLearning #PembelajaranMendalam #GuruPeduli #SahabatKarakter #SiapNgajar