Sudah saatnya Nyat Kadir Tampil, Tanah Melayumu Terenyuh

0
191

Sudah saatnya Nyat Kadir tampil, Bertanggung jawablah wahai orang tua kami. Tanah melayumu terenyuh karena kelakuanmu

By : Nuri Che Shiddiq : Sejarawan dan Tokoh Budaya Melayu Indonesia

samuderakepri.co.id, OPINI
– Catatan panjang pasca 20 tahun bergumul cuci-cuci diri. Ada satu bait yang tersibak dari bait Drama Bangsawan Hang Nadim yang dimainkan para pemeran bangsawan dari Pulau Penyengat, yaitu “Mari Kita Mandi cuci-cuci diri”. 20 tahun sebenarnya waktu yang cukup untuk melakukan cuci diri, cuci dosa, cuci otak atau apapun namanya termasuk tobat.
Namun di era modern ini jejak digital tidak bisa dengan mudah dihilangkan alias 404, kadang upaya tersebut mungkin juga dilakukan tapi tumbuhnya media bak jamur, bahkan kawan saya yang 6 atau 7 tahun lalu saya kenal dia pernah menjadi seorang pelaut sekarang sudah menjadi wartawan dengan berita bak singa mengaum.

Berseliweran link berita di media internet, pemberita sekarang bermunculan mungkin di Kepulauan Riau ini ada ratusan media yang mendidik diri sebagai penyampai berita. Entah itu berita duka atau bahagia ataupun hanya sekedar tulis-tulis saja. Namun itulah fenomena yang berdampak pada tak mudah hari ini jika orang ingin menutup diri kecuali kematian menjemputnya dan lubang kubur telah menutupi jasadnya. Namun bak kata pepatah Harimau mati meninggalkan belang, Manusia mati meninggalkan nama atau sekarang bisa juga Manusia mati meninggalkan jejak digital.
Dari sejak lama saya sudah tak terlalu mendengar nama TW atau lengkapnya Tomy Winata di Kepri ini. Tapi ketika Bang Den (Nurdin Basirun) menjadi gubernur nama TW ini terlewat-lewat di repan suara telinga saya dan masuk lewat lubang gendang telinga dan dideteksi oleh hati dan otak saya.

TOMY WINATA nama seorang besar di dunia perjudian di Indonesia pada waktu yang telah silam, bahkan memori kolektif saya mencatat nama itu dalam kekelaman bangsa Indonesia ketika perjudian masih menjadi produk yang menghasilkan cuan dilegalkan di Nusantara Raya ini. Kisah-kisahnya masih kita bisa dengar langsung dari penguasa-penguasa dunia mafia di era itu, bahkan Bang Yanto Bugis ketua Persatuan Melayu Bugis, pemilik Hotel Toni dan pernah menjadi pemegang pusat perjudian di Pulau Bintan dulu, selalu berkisah-kisah tentang TW kepada saya.

Jadi ketika di era tahun 2024 ini kembali mendengar namanya, seperti menyibak segala perbendaharaan pengetahuan saya tentang siapakah orang ini sepak terjangnya bahkan sederet catatan YIN YANG nya. Tapi pergeseran waktu kini telah menempa saya menjadi fokus kepada sejarah dan budaya, saya tumbuh menjadi peneliti dan penggiat sejarah serta saya terus menanamkan kemelayuan dan keislaman dalam sendi kehidupan saya. Sehingga telah lali diri saya dari kisah-kisah yang berwarna hitam ditambah Indonesia yang telah mengasaskan diri sebagai NEGARA ANTI JUDI DI DUNIA NYATA DAN DUNIA MAYA tentu telah membentuk doktrin di minda saya tentang keluhuran tatanan hidup bangsa ini.
Tahun 2024 ini di tanah melayu yang bertuah penuh kisah sejarah yang terbentang sepanjang waktu zaman berzaman ini. Di satu pulau yang namanya hanya kisa sebut-sebut ketika menyebut tentang jembatan terpanjang yaitu Barelang itu pun hanya singkatan panjangnya BATAM REMPANG GALANG, bagi saya nama-nama pulau itu tak asing karena banyak catatan-catatan lama yang menulis nama Batam bahkan nama Galang telah disebut-sebut dalam banyak kisah yang hebat lagi mencengangkan bahkan tak masuk dalam akal fikiran. Namun Rempang nama itu bersahaja sesuai dengan posisi ya yang berada di tengah, catatan sejarah pun seperti segan menceritakannya atau perannya yang biasa saja atau apalah, tapi di tahun 2023 ini di tengah namanya yang riuh rendah nyaris tak terdengar ternyata keadaan di dalamnya bergejolak bak gunung berapi yang sedang berproses menuju erupsi.

Ketika nama TOMY WINATA sebagai asbab dari peristiwa yang entah saya akan golongkan dalam DUKA atau AZAB SENGSARA atau Bahkan DOSA-DOSA PENGUASA YANG RAMPUNG DALAM SATU NISTA.

Saya merenungkan nasib negeri ini yang penuh dengan aturan yang tak jelas dan tak adil. Batam, misalnya, memiliki status khusus yang berbeda dengan pulau-pulau lain di sekitarnya, seperti Bintan, Karimun, Sumatra, atau Jawa. Batam diatur langsung dari Jakarta, sehingga banyak pendatang dari berbagai daerah yang menetap di sana. Mereka berbicara bahasa Indonesia dengan fasih, berbeda dengan orang asli yang memiliki logat dan dialek tersendiri. Saya tak bermaksud menyinggung pihak-pihak yang berkuasa di sini. Saya hanya ingin menyampaikan pandangan saya tentang Tomy Winata, seorang pengusaha yang kini menjadi sorotan karena rencananya mengembangkan Pulau Rempang dan Galang. Rencana ini membuat warga asli Rempang Galang merasa terancam, karena mereka harus meninggalkan rumah dan tanah mereka yang akan diubah menjadi kawasan wisata dan industri. Banyak wartawan yang meliput isu ini, dan banyak tokoh yang bersuara membela hak-hak warga. Namun, ada satu suara yang belum terdengar, yaitu suara Pak Nyat Kadir.

Pak Nyat Kadir adalah ketua LAM Kota Batam, anggota DPR RI, mantan wali kota Batam, dan orang tua kami. Dialah yang pertama kali mengundang Tomy Winata untuk berinvestasi di Rempang Galang pada tahun 2004. Saat itu, Tomy Winata berencana membangun Kawasan Wisata Terpadu Eksklusif (KWTE) di sana dengan luas 17.000 hektare. Namun, rencana ini tertunda selama 18 tahun karena masalah status lahan dan hutan. Baru pada tahun 2023 ini, rencana itu kembali digulirkan setelah ada SK dari Kementerian LHK dan Kementerian ATR tentang perubahan kawasan hutan dan pemberian HPL. Nilai investasi yang ditargetkan mencapai Rp 381 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 306 ribu orang.

Pulau Rempang dan Galang memiliki sejarah dan keindahan yang luar biasa. Pulau ini terletak di depan Pulau Sembor Prei Kok, yang konon merupakan tempat perang besar antara Kerajaan Kedah (Garuda) dengan armada Cina pada abad ke-124. Pulau ini juga memiliki taman burung, zona sejarah, dan kawasan agrowisata terpadu. Sayangnya, pulau ini akan kehilangan identitasnya jika rencana pengembangan PT MEG dilaksanakan tanpa memperhatikan aspirasi warga asli.

Oleh karena itu, saya berharap Pak Nyat Kadir bisa menggunakan pengaruhnya sebagai tokoh masyarakat dan politisi untuk menyelesaikan masalah ini secara bijak. Pak Nyat Kadir harus berbicara dengan Muhammad Rudi, kepala BP Batam yang juga wali kota Batam saat ini, agar mengambil keputusan yang adil bagi semua pihak. Pak Nyat Kadir harus mengingatkan bahwa hal-hal yang buruk tidak boleh ditiru, karena akan menimbulkan dosa dan akibat yang tidak baik. Pak Nyat Kadir harus memberi contoh yang baik bagi rakyat agar mereka tidak mudah terprovokasi.

Saya berpikir bahwa Pak Nyat Kadir bisa menyampaikan pesannya dengan cara yang lembut dan menyentuh hati.

Saya ingat bahwa Pak Nyat Kadir pernah menyanyikan lagu [Kasih Ibu] yang sangat merdu dan mengharukan. Mungkin lagu itu bisa menjadi inspirasi bagi Pak Nyat Kadir untuk menghibur dan menenangkan warga Rempang Galang yang sedang bersedih. (*)

Ikuti berita populer lainnya di Google News SAMUDERAKEPRI

Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp SAMUDERA KEPRI

Tinggalkan Balasan