Jumat, Mei 17, 2024
BerandaAnambasIsu Pertahanan Negara dan Tanah Ulayat : Perspektif Solidaritas Masyarakat Melayu

Isu Pertahanan Negara dan Tanah Ulayat : Perspektif Solidaritas Masyarakat Melayu

Sorotan Terhadap Isu Pertahanan Negara dan Tanah Ulayat : Perspektif Solidaritas Masyarakat Melayu


samuderakepri.co.id, Kepri – Dalam konteks perkembangan terkini, perhatian tertuju pada isu pertahanan negara yang melibatkan masyarakat asli Rempang. Sebagai individu yang merasakan kekuatan solidaritas di antara sesama Melayu, saya merasa simpati mendalam terhadap masyarakat asli Rempang. Khususnya, saya ingin menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan dengan cermat segala dampak lingkungan dan implikasi berkelanjutan sebelum melanjutkan proyek pembangunan.

Sebagai seorang pemimpin, tanggung jawabnya tak hanya sekadar melanjutkan kesepakatan yang sudah ada sejak tahun 2004. Pemimpin haruslah bertindak dengan bijak, dengan kepentingan jangka panjang negara dan masyarakat di hati. Investasi memang penting, tetapi sebuah proyek pembangunan harus diawali dengan analisis dampak yang komprehensif, melibatkan segala aspek, termasuk dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat yang berada di dalamnya.

Namun, mari kita sertakan perspektif lebih luas dalam pemahaman kita. Keberadaan masyarakat Rempang bukanlah sekadar penolakan terhadap pembangunan semata. Ini adalah pertahanan peradaban dan identitas bangsa. Masyarakat Rempang telah menjadi pilar pertahanan negara sejak zaman dahulu. Oleh karena itu, tindakan yang mengabaikan atau bahkan menghilangkan mereka dari perbincangan adalah tindakan yang mengabaikan pertahanan negara itu sendiri.

Ini membawa kita kepada pemahaman penting tentang wilayah perbatasan. Wilayah perbatasan adalah benteng hidup, suatu cara bagi manusia untuk mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan terkait wilayah Batam, diperlukan pemahaman mendalam tentang dampaknya terhadap pertahanan negara dan kepentingan nasional. Kita tidak bisa terus menerus berpegang pada pandangan yang terlalu liberal. Kadang-kadang, menjadi konservatif memiliki nilai yang jauh lebih besar, terutama ketika itu membantu menjaga keutuhan bangsa dalam persatuan.

Jadi, mari kita mencermati dan mempertimbangkan kembali posisi kita terhadap masyarakat Rempang. Ini adalah benteng, bagian integral dari pertahanan bangsa ini. Sudah saatnya kita mengakui peran vital mereka dalam sejarah dan masa depan kita. Mari kita tunda ego kita, dan berusaha untuk memahami dan mendukung dengan tulus, tanpa mengabaikan pandangan dan keprihatinan masyarakat lokal.

Selain itu, isu tanah ulayat yang sedang diperbincangkan juga membutuhkan pendekatan yang bijaksana. Lembaga adat Kesultanan Riau-Lingga adalah unsur yang penting dalam konteks ini. Kita perlu memastikan bahwa setiap pernyataan dan tindakan terkait tanah ulayat didasarkan pada pemahaman yang akurat dan mendalam. Keterbukaan dan klarifikasi mengenai lembaga ini akan membantu mencegah kesalahpahaman dan menegakkan keadilan dalam perbincangan tentang hak ulayat.

Jadi, mari kita bergerak maju dengan kepala terbuka, siap untuk mendengarkan dan belajar. Terlepas dari perspektif yang beragam, satu hal yang tetap: kita semua menginginkan masa depan yang kuat, lestari, dan harmonis bagi negeri ini. Kita semua memiliki peran dalam menjaganya, dengan menghormati nilai-nilai sejarah dan budaya kita, dan tetap terbuka terhadap perubahan yang konstruktif.”.

(Penulis : NURI CHE SHIDDIQ : SEJARAWAN DAN BUDAYAWAN MELAYU INDONESIA)

Editor : Ronny

RELATED ARTICLES

Tinggalkan Balasan

- Advertisment -spot_img

Most Popular